Cirebon, FD-buserpolkrim.com
Saat ini di Kabupaten Cirebon Wilayah Kecamatan
Gempol Desa Palimanan Barat (Palbar), sedang mulai musim tanam padi, Sabtu
(13/01/2024).
Meski sedikit terlambat, karena seharusnya musim
tanam utama (rendeng) dimulai pada November – Desember 2023 lalu. Hal ini
dikarenakan, ketersediaan air belum memungkinkan untuk memulai musim tanam
disebabkan musim hujan belum merata.
Hal ini diungkapkan oleh salah seorang petani
warga desa Palimanan Barat blok Kedung Dringo, Sabda yang akrab disapa Mamang.
Ia menuturkan, kemungkinan tahun 2024 ini musim
tanam padi hanya bisa dilakukan satu kali saja. Itu berkaca pada tahun 2023
lalu, dimana para petani khususnya di desa Palimanan Barat pada saat musim
tanam kedua banyak yang merugi.
Penyebabnya, kata Mamang, selain ketersediaan air
sulit didapat dan serangan hama tikus pun memperparah keadaan sehingga terjadi
gagal panen.
“Y mas, tahun lalu di musim tanam kedua semua petani
disini merugi. Itu karena ketersediaan air sulit, walau sudah pake mesin popmpa
air pada sumur bor yang ada disawah tidak dapat mengairi sawah sepenuhnya.
Belum lagi adanya serangan hama tikus dari awal sebar benih hingga setelah
tanam sangat parah,” ungkap Mamang saat akan memulai bercocok tanam dilahan
sawahnya kepada awak media ini, Sabtu (13/01/2024).
Dikatakannya, akibat serangan tersebut banyak
petani harus melakukan tanam ulang dan membeli bibit padi (winian) melalui
online dari daerah luar Cirebon. Namun meski sudah tanam ulang, ketika padi
sudah mulai berbuah kekeringan melanda sehingga tanaman padi bayak yang mati.
Ia menambahkan, dari luas lahan satu bau atau 0,8
hektare (7000-7400 meter persegi) saat panen petani hanya menghasilkan paling banyak
5 kwintal gabah saja, itupun masih basah.
Meski begitu, Mamang berharap tahun ini tidak
seperti tahun 2023 kemarin. Semoga tahun 2024 keadaan normal kembali. Dan bisa
tanam padi dua kali, serta terakhir palawija.
“Semoga saja tahun 2024 ini kondisi kembali
membaik, curah hujan merata sehingga padi kami dapat tumbuh baik dan hasilnya
memuaskan hingga tiba masa panen rendeng kali ini,” harapnya.
Saat ditanya mengenai petani muda atau generasi
penerus petani-petani selanjutnya, Mamang mengatakan, bahwa sekarang anak muda
enggan untuk bertani atau jadi buruh tani. Kebanyakan generasi muda sekarang
baik pria maupun wanitanya di desa Palimanan Barat, lebih memilih bekerja di
pabrik dan jadi TKW keluar negeri.
“Disini petani muda hanya satu dua orang saja,
kebanyakan sudah usia lanjut. Bahkan saat musim tanam hingga panen, saya
kesulitan mencari tenaga kerjanya. Ya disini tenaga kerjanya makin sedikit,
karena orangnya itu-itu saja tidak ada penerusnya,” ujarnya.
Terkait kondisi tersebut, Mamang menambahkan,
kemungkinan 10 atau 20 tahun lagi lahan pertanian disini bisa beralih fungsi
jadi perumahan, pabrik atau pertokoan. Itu sudah mulai terlihat sekarang,
banyak lahan sawah yang dijual dan di kapling (jadi perumahan) dan lainnya.
Diakhir penuturannya, Mamang menyampaikan bahwa selain
lahan pertanian makin menyusut, petani yang ada makin sedikit karena usia
sangat lanjut sehingga tidak mampu lagi mengurus sawahnya serta banyak yang
sudah meninggal dunia. Sedangkan, generasi muda disini sudah tidak mau jadi petani
lagi.
“Mereka lebih memilih kerja di pabrik ataupun jadi
TKI ke luar negeri ketimbang jadi petani, karena dinilai lebih menghasilkan dan
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya,” pungkas Mamang kepada awak media sebari
melanjutkan kegiatannya membuat garis-garis di petak sawahnya untuk memudahkan
pekerja menanam padi.
penulis: Adi. M
0 comments:
Posting Komentar
Hanya pesan membangun