Kudus, FD-buserpolkrim.com.
Seni
teater kembali tumbuh, seiring minat dari kalangan pelajar di Kabupaten
Kudus kian bertambah. Hal tersebut dapat dilihat dari kelompok-kelompok baru
yang muncul mewarnai Festival Teater Pelajar Kudus, ini tentunya menunjukkan
bahwa minat seni teater di Kudus cukup tinggi. Hal itu diungkapkan oleh pegiat
Teater sekaligus Panitia Festival Teater Pelajar Kudus 2024, Asa Jatmiko.
Menurutnya,
pertumbuhan seni teater di kalangan pelajar dari tahun ke tahun di Kabupaten
Kudus semakin meningkat. Tentunya ini tidak lepas dari dukungan pemerintah dan
kementerian agama, kemunculan kelompok teater tingkat SMP/MTs turut serta jadi
finalis FTP tahun ini.
“Ada
lima naskah pilihan yang diangkat oleh masing-masing finalis. Setiap kelompok,
menampilkan pertunjukan teater bergaya surealisme,” ujar Asa disela-sela kegiatan
yang digelar di GOR Bulutangkis Djarum Kaliputu Kudus, Jumat (13/12/2024).
Finalis
FTP ke XIV ini, lanjut Asa, diikuti sebanyak 9 kelompok teater pelajar; lima
kelompok siswa SMP dan empat kelompok teater SMA sederajat. Ia juga menyebut, teater
pelajar di Kudus sudah naik kelas di banding tahun sebelumnya.
“Tahun
lalu lebih banyak tema realisme, untuk tahun ini lebih ke surealisme sekaligus
memperingati satu abad surealisme,” jelas Asa ketika ditemui awak media ini usai
penampilan teater SMP Negeri 2 Kudus.
Asa
menambahkan, menariknya dari lima naskah yang dipilih. Naskah teater berjudul
Kapai-kapai dari Arifin C Noer, paling banyak dipilih oleh peserta.
“Tahun
ini ada 41 peserta kelompok, peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya 37
peserta, naskah kapai-kapai dipilih sekitar 6 kelompok,” tuturnya.
Ia
menyebut, dewan juri mempunyai standarisasi yang bisa dilihat dari
masing-masing kelompok yang menampilkan naskah adaptasi Kapai-Kapai.
Sementara
itu, Virda Eka Pratiwi selaku Sutradara pentas asal SMP 2 Kudus, menjelaskan
bahwa naskah kapai-kapai ini menceritakan sosok tokoh yang sangat miskin dan
keinginan yang belum usai.
Virda
menambahkan, pesan dari pementasan itu ialah bagaimana tokoh pemeran utama yang
kehilangan arah dan merasa kesusahan atas kondisi hidupnya.
“Sebagai
manusia harus punya pendirian, semangat hidup tidak malas,” imbuhnya.
lanjut
Virda, pementasan SMP 2 Kudus ini lebih banyak menonjolkan drama musikal dan
permainan lampu. Meski ada modifikasi dengan naskah aslinya, namun intinya
tetap dengan yang diinginkan oleh penulis.
“Memang
ada modifikasi namun tetap esensinya ingin menyampaikan apa yang diinginkan oleh
penulis, dan biarkan penonton menyimpulkan sendiri endingnya," pungkasnya.
(Syamsuri)
Editor: Adi. M
0 comments:
Posting Komentar
Hanya pesan membangun